Download Tafsir Ibnu Katsir Juz ke 1-30 Terjemahan Indonesia
Sesungguhnya memahami Kalamullah adalah
sesuatu cita-cita yang paling mulia dan taqarrub (pendekatan diri kepada
Allah) yang paling agung. Amalan memahami Kalamullah telah dilakukan
shahabat, tabi’in dan murid-murid mereka yang menerima dan mendengar
langsung dari guru-guru mereka. Kemudian dilanjutkan oleh generasi
berikutnya yang mengikuti jejak mereka hingga hari kiamat.
Mereka adalah para shahabat yang
terkenal alim di antara shahabat lainnya. Para shababat adalah guru-guru
bagi tabi’in yang di kemudian hari melahirkan ahli tafsir dari generasi
ini di Makkah, Madinah dan Irak. Dari shahabat dan tabi’in, dilahirkan
ahli tafsir yang mengetahui sejarah tafsir -di madrasah tafsir dengan
atsar (jejak/petunjuk) Nabi dan Shahabat- yaitu imam besar dalam ushul
tafsir: Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (wafat 310 H).
Tidak diragukan, orang pertama yang
menerangkan, mengajarkan, dan menafsirkan Al Qur’an adalah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Para shahabat telah menerima Al Qur’an
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara bacaan dan
pemahaman. Mereka mengetahui makna-makna, maksud-maksud dan
rahasia-rahasianya karena kedekatan mereka dengan Rasulullah, khususnya
Al-Khulafa’ Ar-Rasyidin, Abdullah bin Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubai bin
Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al-Asy’ari dan Abdullah bin Az-Zubair
radhiallahu ‘anhum.Ciri khas dari madrasah tafsir dengan atsar adalah
menafsirkan ayat Al Qur’an dengan satu atau lebih ayat Al Qur’an
lainnya. Bila tidak memungkinkan maka ditafsirkan dengan hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang shahih. Jika tidak
ditemukan hadits yang menjelaskannya maka ditafsirkan dengan ucapan
shahabat terutama shahabat yang telah disebutkan di atas. Jika ucapan
shahabat tidak ditemukan maka dengan ucapan tabi’in seperti Mujahid,
Ikrimah, Sa’id bin Al-Musayyib, Sa’id bin Jubair, ‘Atha bin Abi Rabbah
dan Al-Hasan Al-Basri. Namun jika semuanya ada, maka biasanya disebut
semua.
Adapun menafsirkan Al Qur’an dengan akal
semata, haram menurut kesepakatan ulama Ahlus Sunnah, apalagi tafsir
yang dilandasi ilmu filsafat -walaupun terkadang benar- termasuk dalam
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Barangsiapa berkata tentang Al Qur’an dengan akalnya atau tanpa ilmu maka siapkanlah tempat duduknya dengan api neraka.” (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan)
Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah
-beliau juga menulis tafsir- mengatakan bahwa Tafsir Ibnu Katsir adalah
salah satu kitab tafsir terbaik, jika tidak bisa dikatakan sebagai
tafsir terbaik, dari kitab-kitab tafsir yang ada. Al-Imam As-Suyuthi
rahimahullah menilai tafsirnya menakjubkan, belum ada ulama yang
menandinginya. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah
dalam bukunya Al-‘Ilmu menganjurkan penuntut ilmu membaca Tafsir Al
Qur’anil ‘Azhim atau yang lebih dikenal dengan Tafsir Ibnu Katsir.
Di abad ke-8 Hijriyah lahir seorang
ulama ahli tafsir yang merupakan alumnus akhir madrasah tafsir dengan
atsar. Dialah Isma’il bin ‘Umar bin Katsir rahimahullah, salah seorang
murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat tahun 774 H).
Tafsirnya dijadikan rujukan oleh para ulama dan penuntut ilmu semenjak
jaman beliau hingga sekarang.
Ibnu Katsir menulis tafsir Qur’an yang terkenal yang bernama Tafsir Ibnu Katsir. Hingga kini, tafsir Alquran al-Karim sebanyak 8 jilid ini masih menjadi bahan rujukan sampai sekarang dalam dunia Islam. Di samping itu, ia juga menulis buku Fada’il Alquran(Keutamaan Alquran), berisi ringkasan sejarah Alquran.
Ibnu Katsir memiliki metode sendiri dalam bidang ini, yakni:
- Tafsir yang paling benar adalah tafsir Alquran dengan Alquran sendiri.
- Selanjutnya bila penafsiran Alquran dengan Alquran tidak didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan dengan hadits Nabi Muhammad, sebab menurut Alquran sendiri Nabi Muhammad memang diperintahkan untuk menerangkan isi Alquran.
- Jika yang kedua tidak didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan oleh pendapat para sahabat karena merekalah orang yang paling mengetahui konteks sosial turunnya Alquran.
- Jika yang ketiga juga tidak didapatkan, maka pendapat dari para tabiin dapat diambil.
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 (Al-Fatihah – Al-Baqarah) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 (Juz 1 – 3)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2 (Ali-Imran – An-Nisaa) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2 (Juz 3 – 6)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3 (Al-Maidah – Al-A’raaf) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3 (Juz 6 – 9)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4 (Al-Anfaal – Ibrahim) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4 (Juz 9 – 13)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5 (Al-Hijr – Al-Mu’minuun) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5 (Juz 14 – 18)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 (An-Nuur – Yaasiin) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 (Juz 18 – 23)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7 (Ash-Shaaffaat – Ar-Rahmaan) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7 (Juz 23 – 27)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8 (Al-Waaqi’ah – An-Naas) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8 (Juz 27 – 30)
Bisa anda beli SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar