Selasa, 07 Maret 2017

Tafsir Al Qur'an

0 Comments

Download Tafsir Ibnu Katsir Juz ke 1-30 Terjemahan Indonesia

shahih tafsir ibnu katsir
Sesungguhnya memahami Kalamullah adalah sesuatu cita-cita yang paling mulia dan taqarrub (pendekatan diri kepada Allah) yang paling agung. Amalan memahami Kalamullah telah dilakukan shahabat, tabi’in dan murid-murid mereka yang menerima dan mendengar langsung dari guru-guru mereka. Kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya yang mengikuti jejak mereka hingga hari kiamat. 
Mereka adalah para shahabat yang terkenal alim di antara shahabat lainnya. Para shababat adalah guru-guru bagi tabi’in yang di kemudian hari melahirkan ahli tafsir dari generasi ini di Makkah, Madinah dan Irak. Dari shahabat dan tabi’in, dilahirkan ahli tafsir yang mengetahui sejarah tafsir -di madrasah tafsir dengan atsar (jejak/petunjuk) Nabi dan Shahabat- yaitu imam besar dalam ushul tafsir: Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (wafat 310 H).
Tidak diragukan, orang pertama yang menerangkan, mengajarkan, dan menafsirkan Al Qur’an adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Para shahabat telah menerima Al Qur’an dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara bacaan dan pemahaman. Mereka mengetahui makna-makna, maksud-maksud dan rahasia-rahasianya karena kedekatan mereka dengan Rasulullah, khususnya Al-Khulafa’ Ar-Rasyidin, Abdullah bin Mas’ud, Ibnu Abbas, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al-Asy’ari dan Abdullah bin Az-Zubair radhiallahu ‘anhum.Ciri khas dari madrasah tafsir dengan atsar adalah menafsirkan ayat Al Qur’an dengan satu atau lebih ayat Al Qur’an lainnya. Bila tidak memungkinkan maka ditafsirkan dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang shahih. Jika tidak ditemukan hadits yang menjelaskannya maka ditafsirkan dengan ucapan shahabat terutama shahabat yang telah disebutkan di atas. Jika ucapan shahabat tidak ditemukan maka dengan ucapan tabi’in seperti Mujahid, Ikrimah, Sa’id bin Al-Musayyib, Sa’id bin Jubair, ‘Atha bin Abi Rabbah dan Al-Hasan Al-Basri. Namun jika semuanya ada, maka biasanya disebut semua.
Adapun menafsirkan Al Qur’an dengan akal semata, haram menurut kesepakatan ulama Ahlus Sunnah, apalagi tafsir yang dilandasi ilmu filsafat -walaupun terkadang benar- termasuk dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Barangsiapa berkata tentang Al Qur’an dengan akalnya atau tanpa ilmu maka siapkanlah tempat duduknya dengan api neraka.” (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan)
Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah -beliau juga menulis tafsir- mengatakan bahwa Tafsir Ibnu Katsir adalah salah satu kitab tafsir terbaik, jika tidak bisa dikatakan sebagai tafsir terbaik, dari kitab-kitab tafsir yang ada. Al-Imam As-Suyuthi rahimahullah menilai tafsirnya menakjubkan, belum ada ulama yang menandinginya. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah dalam bukunya Al-‘Ilmu menganjurkan penuntut ilmu membaca Tafsir Al Qur’anil ‘Azhim atau yang lebih dikenal dengan Tafsir Ibnu Katsir.
Di abad ke-8 Hijriyah lahir seorang ulama ahli tafsir yang merupakan alumnus akhir madrasah tafsir dengan atsar. Dialah Isma’il bin ‘Umar bin Katsir rahimahullah, salah seorang murid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat tahun 774 H). Tafsirnya dijadikan rujukan oleh para ulama dan penuntut ilmu semenjak jaman beliau hingga sekarang.
Ibnu Katsir menulis tafsir Qur’an yang terkenal yang bernama Tafsir Ibnu Katsir. Hingga kini, tafsir Alquran al-Karim sebanyak 8 jilid ini masih menjadi bahan rujukan sampai sekarang dalam dunia Islam. Di samping itu, ia juga menulis buku Fada’il Alquran(Keutamaan Alquran), berisi ringkasan sejarah Alquran.
Ibnu Katsir memiliki metode sendiri dalam bidang ini, yakni:
  1. Tafsir yang paling benar adalah tafsir Alquran dengan Alquran sendiri.
  2. Selanjutnya bila penafsiran Alquran dengan Alquran tidak didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan dengan hadits Nabi Muhammad, sebab menurut Alquran sendiri Nabi Muhammad memang diperintahkan untuk menerangkan isi Alquran.
  3. Jika yang kedua tidak didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan oleh pendapat para sahabat karena merekalah orang yang paling mengetahui konteks sosial turunnya Alquran.
  4. Jika yang ketiga juga tidak didapatkan, maka pendapat dari para tabiin dapat diambil.
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 (Al-Fatihah – Al-Baqarah) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 (Juz 1 – 3)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2 (Ali-Imran – An-Nisaa) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2 (Juz 3 – 6)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3 (Al-Maidah – Al-A’raaf) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3 (Juz 6 – 9)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4 (Al-Anfaal – Ibrahim) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4 (Juz 9 – 13)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5 (Al-Hijr – Al-Mu’minuun) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5 (Juz 14 – 18)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 (An-Nuur – Yaasiin) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 (Juz 18 – 23)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7 (Ash-Shaaffaat – Ar-Rahmaan) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7 (Juz 23 – 27)
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8 (Al-Waaqi’ah – An-Naas) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8 (Juz 27 – 30)
Bisa anda beli SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top